Ibnu Abbas adalah salah satu sahabat yang paling terpelajar, ada banyak hadits shahih yang diriwayatkan langsung oleh seorang Ibnu Abbas. Beliau juga mempunyai keturunan yang nantinya menjadi para khalifah dari dinasti Abbasiyah.
Beliau berasal dari keluarga pengusaha kaya bernama Abbas bin Abdul-Mutalib, sehingga ia disebut Ibnu Abbas putra Abbas. Ibu Ibnu Abbas adalah Umm al-Fadl Lubaba, wanita kedua yang masuk Islam, seperti yang dilakukan teman dekatnya Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad.
Kedekatannya dengan Nabi Muhammad SAW
Kedekatan Ibnu Abbas dengan Nabi Muhammad SAW sudah terlihat sejak sahabat yang berdonasi besar ini baru lahir. Bahkan, seperti yang ditulis oleh Dr. Abdur Rahman Ra’fat Basya dalam bukunya Shuwar min Hayatis Shahabah, sebelum Ibnu Abbas disusui oleh ibunya untuk pertama kalinya, baginda Nabi sudah membisiki Ibnu Abbas dan mendoakannya. Para ulama kemudian berpendapat bahwa bisikan dan doa ini menunjukkan bahwa sahabat Nabi tersebut nantinya akan menjadi ulama dan panutan bagi masyarakat.
Tidak hanya itu, dia adalah salah satu sahabat Nabi yang di kemudian hari mempunyai banyak keistimewaan, beliau adalah salah satu Muslim yang paling dekat dengan Nabi. Ibnu Abbas beruntung dikarenakan sejak kecil hingga remaja, ia menerima pendidikan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Baginda Nabi meninggal dunia sampai dia berusia 13 tahun. Mengenai generasi yang masuk Islam, Ibnu Abbas termasuk dalam kelompok pemuda yang masuk Islam lebih awal.
Sepeninggal Nabi, Ibnu Abbas benar-benar merasa kehilangan. Sosok yang menjadi panutannya kini telah tiada. Namun, dia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Ibnu Abbas segera bangkit dari kesedihannya. Sekalipun Nabi wafat, semangat jihad tidak boleh melemah. Maka ia mulai mencari ilmu.
Dia mengunjungi sahabat-sahabat Nadi yang lebih senior. Dia bertanya apa yang mereka butuhkan untuk belajar lebih dalam tentang Islam. Tak hanya itu, ia juga mengajak teman-teman seusianya untuk belajar bersamanya. Namun sayangnya, tidak banyak yang mengikuti jejak Ibnu Abbas. Mereka tidak yakin apakah teman yang lebih tua akan memperhatikan mereka yang masih anak-anak.
Namun, Ibnu Abbas tidak menyerah. Dia mengetuk pintu kepintu, lalu berpindah dari rumah sahabat Nabi ke rumah lainnya. Tidak jarang dia harus tidur di depan rumah sahabat saat sahabat-sahabat Nabi tersebut sedang istirahat.
Kecerdasan Ibnu Abbas
Sejak usia muda, kecerdasan Ibnu Abbas sudah terlihat. Nabi mengetahui potensi besar dalam diri pemuda ini karena melihat potensi yang sama pada diri Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harithah dan sahabat-sahabat lainnya. Hubungannya dengan Nabi semakin dekat. Bahkan Nabi Muhammad sering berduaan dengan Abdullah bin Abbas.
Misalnya, pada suatu kesempatan Nabi SAW mengajak Ibnu Abbas ra jalan-jalan sambil menyampaikan pesan spiritualnya kepada pemuda cilik itu: “Ya ghulam (pemuda–red), maukah engkau mendengarkan beberapa kalimat yang sangat berguna? Jagalah Allah SWT (ajaran-ajaranNya), maka engkau akan mendapatkan-Nya selalu menjagamu. Jagalah Allah SWT (larangan-larangan-Nya), maka engkau akan mendapatkan-Nya selalu dekat di hadapanmu.
Kenalilah Allah dalam suka citamu, dan Allah akan mengenalmu dalam kesedihanmu. Ketika kamu meminta, mintalah kepada Allah. Jika kamu membutuhkan bantuan, mintalah kepada Allah. Segala sesuatu (yang terjadi pada kamu) sudah tertulis. Ketahuilah, seandainya semua makhluk bersepakat untuk membantumu dengan apa yang tidak ditakdirkan Allah kepadamu, mereka tidak akan mampu membantumu. Atau bila mereka berkonspirasi untuk menghalangi engkau mendapatkan apa yang ditakdirkan untukmu, mereka juga tidak akan dapat melakukannya.
Semua aktivitasmu kerjakanlah dengan keyakinan dan keikhlasan. Ketahuilah, bahwa bersabar dalam musibah itu akan memberikan hasil positif; dan bahwa kemenangan itu dicapai dengan kesabaran; dan bahwa kesuksesan itu sering dilalui lewat tribulasi; dan bahwa kemudahan itu tiba setelah kesulitan.” (Hadis Riwayat Ahmad, Hakim, Tirmidzi).
